Tata cara sholat menurut Rasulullah SAW

Assalamualaikum wr.wb. 

Kali ini saya akan posting tentang Tata cara sholat menurut Rasulullah Nabi Muhammad SAW.

Tata cara sholat menurut Rasulullah SAW

Tata cara sholat menurut Rasulullah Nabi Muhammad SAW

Shalat adalah tiang agama dan rukun Islam yang kedua, dia adalah ibadah yang pertama kali akan dipertanggung jawabkan oleh seorang hamba di hadapan Allah SWT  pada hari kiamat. Maka wajib bagi setiap muslim memperhatikan pelaksanaan shalat ini sebgaimana yang telah diperintakan oleh Nabi Muhammad SAW dan dengan tata cara yang telah dijelaskan oleh beliau.

Diriwyatkan dari Imam Bukhari di dalam kitab shahihnya dari hadits Malik bin Al-Huwairits bahwa  Nabi bersabda:  

"Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat”[1].

Diriwayatkan oleh Al-Thabrani di dalam kitab Al-Ausath dari Abdullah bin Qorth bahwa Nabi bersabda:  


"Amalan hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah shalat, apabila baik maka baiklah seluruh amalnya dan apabila rusak maka rusaklah seluruh amalnya”.[2]
Lalu, apakah cara shalat yang kita lakukan sudah benar seperti yang dicontohkan Rasulullah? Apakah cara berdiri, cara takbiratul ikhram, cara mengangkat tangan, cara sedekap, cara ruku, cara sujud, cara duduk antara, cara duduk tahyat awal, cara duduk tahyat akhir, cara salam, kefashihan seluruh bacaan, pemahaman arti gerak dan bacaan sudah pernah diuji kebenarannya? Jika belum pernah diuji… bagaimana kita yakin bahwa cara shalat kita sudah benar?

BEBERAPA KESALAHAN YANG SERING TERJADI  DALAM MENDIRIKAN SHOLAT;


Didalam shalat terdapat beberapa kesalahan yang sering terjadi pada orang yang melakasanakan shalat.

Perkara ini saya ingatkan guna memenuhi hak Allah Ta’ala dan menunaikan kewajiban memberikan nasehat, diantara kesalahan tersebut adalah:

1. BERDIRI TANPA ADANYA SUTRAH;


Jika kita ingin shalat dengan cara shalat Nabi, pakailah sutrah! Inilah sabdanya:

“Janganlah kalian shalat kecuali dengan menghadap sutrah dan janganlah kalian biarkan seorangpun lewat di hadapanmu” (HR Muslim).
Ibnu Khuzaimah juga meriwayatkan hadits yang senada.

Sutrah adalah benda pembatas shalat, letaknya di depan orang shalat atau agak ke kiri/kanan, sejauh 3 hasta (120 cm) dari tempat berdiri. Tinggi sutrah minimal 1 hasta, jarak antara siku dengan ujung jari tengah (±40 cm).

Benda-benda yang dapat dijadikan sutrah (di dalam masjid) adalah:
  • Dinding
  • Punggung orang
  • Tiang
  • Mimbar
  • Benda-benda lainnya yang tingginya 1 hasta atau lebih.
  • Sajadah tidak dapat dianggap sebagai sutrah karena tingginya kurang dari 1 hasta (±40 cm).
Adapun saat di lapangan, Nabi pernah menggunakan tombak, barang bawaan, pelana kuda, pohon dll sebagai sutrahnya. Saat Rasulullah shalat di rumah (shalat sunnah tentunya), beliau pernah menggunakan tempat tidur sebagai sutrahnya.
“Kadangkala beliau shalat dengan menghadap ke tempat tidur, sedangkan Aisyah RA berbaring di atasnya” (HR Bukhari – Muslim).
Dalam shalat berjamaah, sutrah cukup pada imam. Makmum baris pertama tidak perlu lagi menggunakan sutrah.

Dalam hadits shahih disebutkan bahwa  “Jika salah seorang dari kalian shalat menghadap sutrah, hendaklah ia mendekatinya sehingga setan tidak memutus shalatnya” (HR Ahmad, Abu Daud, An-Nasai, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, Thabrani, Hakim, Baihaqi).


Maksud “mendekatinya” adalah, jarak orang shalat dengan sutrah tidak terlalu jauh, tapi hanya seukuran 3 hasta.

“Dan beliau Rasulullah SAW berdiri dekat dengan sutrah, dengan jarak tiga hasta” (HR Bukhari, Ahmad).
Adapun kata “memutus” maksudnya adalah membatalkan! Demikian penjelasan Syekh Nashiruddin Al Albani dalam buku tuntunan shalatnya yang berjudul Sifat Shalat Nabi. Bahkan menurutnya, pemakaian sutrah dalam shalat hukumnya wajib.
  • Dan beliau Rasulullah berdiri dekat dengan sutrah, dengan jarak tiga hasta. (HR Bukhari, Ahmad)
  • Jarak tempat sujud beliau dengan sutrah adalah seukuran lewatnya seekor kambing. (HR Bukhari, Muslim)
Jadi, jika ada orang shalat tidak memakai sutrah dikhawatirkan akan terputus atau batal shalatnya oleh ulah setan. Inilah rahasia sutrah… rahasia shalat Nabi. Ayo, sempurnakan shalat kita dengan memakai sutrah…

2. TIDAK BERDIRI DENGAN SIKAP SEMPURNA KETIKA MENGHADAP KIBLAT;


Berdiri dalam shalat, cara berdiri yang tidak biasa. Ya, bukan berdiri biasa! Karena dalam shalat, anda harus berdiri dengan kedua tapak kaki menghadap kiblat. Tidak serong kanan-kiri seperti yang sering kita lihat.!!


Apa dasarnya, dan apa manfaatnya?

“Apabila kamu berdiri untuk shalat, sempurnakanlah wudhu, kemudian menghadap kearah kiblat, lalu bertakbirlah” (HR Bukhari – Muslim).
Yang dimaksud menghadap kiblat di sini adalah badan dan jari-jari kakinya. Fungsinya? Agar shalat menjadi sempurna!

Simak hadits berikut:

“Lurus dan rapatkan shaf kalian, karena lurus dan rapatnya shaf adalah bagian dari kesempurnaan tegaknya shalat” (HR Bukhari, Muslim).
Ya betul, hadits ini seringkali dibaca oleh imam menjelang shalat berjamaah di masjid.

Berdiri dengan cara biasa (serong kanan-kiri), akan menghasilan shaf yang tidak rapat. Untuk memperoleh shaf yang lurus rapat, tentu cara berdirinya harus spesial, yaitu kedua tapak kakinya menghadap kiblat, sehingga barisan shaf bisa rapat.


Nah, kembali ke hadits berikut:

“Apabila kamu berdiri untuk shalat, sempurnakanlah wudhu, kemudian menghadap kearah kiblat, lalu bertakbirlah” (HR Bukhari – Muslim).
Sudah jelas, yang dimaksud menghadap kiblat di sini adalah badan dan jari-jari kakinya. Jadi, berdiri dengan kedua tapak/jari-jari kaki menghadap kiblat ini juga berlaku jika kita shalat sendiri (shalat sunnah).

Inilah cara shalat nabi, bukan berdiri biasa. Berdirilah dengan kedua tapak kaki menghadap kiblat, dan….. rasakan bedanya!


3. TIDAK MENGARAHKAN PANDANGANNYA KE TEMPAT SUJUD;

Ketika Rasulullah SAW shalat, beliau menundukkan kepala dan pandangan matanya diarahkan ke tanah[tempat sujud].

(HR Baihaki – Hakim)

Lihatlah salah satu pengakuan Iblis laknatullah kepada Baginda Rasulullah SAW ketika mengganggu orang sholat:

"Jika ia menang atasku, aku tinggalkan dia sampai ketika mengerjakan shalat aku katakan kepadanya,’ Lihatlah kiri-kanan’, lalu ia menengok. Saat itu aku usap wajahnya dengan tanganku dan aku cium antara kedua matanya dan aku katakan kepadanya,’ Aku telah menyuruh apa yang tidak baik selamanya’.Dan engkau sendiri tahu wahai Muhammad, siapa yang sering menoleh dalam shalatnya, Allah akan memukul wajahnya.
( HR. Muadz bin Jabal r.a. dari Ibn Abbas r.a )
4. TIDAK MENGANGKAT TANGAN DENGAN SEMPURNA KETIKA TAKBIR;
• Takbiratul ihram (HR Nasai, Abu Dawud)
• Menjelang ruku (HR Bukhari, Muslim)
• Setelah ruku (HR Bukhari, Muslim)
• Bangkit dari rakaat ke-2 (Bukhari, Abu Dawud)
Ketika Rasulullah SAW shalat, beliau mengangkat kedua tangan dengan meluruskan jari-jarinya, beliau tidak merenggangkannya dan tidak mengepalkannya (HR Abu Daud, Al Hakim)

Beliau Rasulullah SAW sujud meletakkan kedua tangannya sejajar dengan kedua daun telinganya persis seperti saat beliau melakukan takbiratul ikhram. (HR Abu Dawud, Nasai)

• Dari Barra bin Azib RA, ia berkata: “Ketika Rasulullah SAW takbiratul ihram, aku melihat kedua tangannya diangkat sampai ibu jarinya berdekatan dengan kedua daun telinga. (HR Ahmad)

• Ibnu Umar berkata: “Aku melihat Rasulullah SAW ketika shalat mengangkat kedua tangannya sampai sejajar kedua pundaknya...”(HR Bukhari)
Angkat Tangan & Takbir (1)
Sewaktu Abdullah bin Umar RA shalat, ia membaca takbir sambil mengangkat kedua tangannya... Oleh Ibnu Umar hadits ini dinisbatkan kepada Rasulullah SAW. (HR Bukhari)

Angkat Tangan & Takbir (2)

Ketika mendirikan shalat, Rasulullah SAW mengangkat kedua tangannya terlebih dahulu sehingga sejajar dengan pundaknya, setelah itu baru beliau SAW melafalkan takbir. (HR Bukhari)

Angkat Tangan & Takbir (3)

Abu Qilabah melihat Malik bin Khuwairits sewaktu shalat ia membaca takbir terlebih dahulu kemudian mengangkat kedua tangannya... Begitulah Rasulullah SAW melakukan shalat. (HR Muslim)

Ringkasan: A n g k a t  T a n g a n

  • Jari - Lurus ke atas, tidak merenggang, tidak mengepal (HR Abu Daud, IbnKhuzaimah)              
  • Telapak - Menghadap kiblat (HR Abu Dawud, Nasai)
  • Ketinggian – Sejajartelinga (HR Bukhari), atau–Sejajar bahu (HR Bukhari)
  • Waktu – Bersamaantakbir( HR Bukhari), atau–Sebelumtakbir(HR Bukhari), atau–Setelahtakbir (HR Muslim).
5. TIDAK BERSEDEKAP DENGAN SEMPURNA;

Adalah Rasulullah SAW melarang bersedekap meletakkan kedua tangannya pada lambung [perut]

(HR Bukhari, Muslim)

S e d e k a p yang benar:
Rasullah SAW meletakkan telapak tangan kanannya pada punggung telapak kirinya, atau pada pergelangan tangan kirinya, atau pada lengan kirinya (HR Abu Dawud, Nasai)

  • Dan adalah Nabi mendekapkan tangan kanannya pada tangan kirinya (HR Nasai, Daruqutni)
  • Meletakkan tangan kanan di atas kiri (HR Muslim)
  • Dan meletakkan kedua tangannya di atas dada (HR Abu Dawud, Ahmad)
6. TIDAK MELETAKKAN TULANG PUNGGUNGNYA DENGAN SEMPURNA PADA SAAT RUKU' DAN SUJUD;
  • Apabila kamu ruku, letakkanlah telapak tanganmu pada lutut, bukalah jari-jarimu kemudian tekanlah dengan mantap dan tumakninah sehingga anggota tubuh kembali pada persendiannya (HR Ibnu Khuzaimah, Ibu Hibban)
  • Ketika Rasulullah SAW ruku, dia membuka kedua lengan ke samping kiri dan kanan (HR Tirmidzi)
  • Ketika Rasulullah SAW ruku, ia meratakan punggungnya (HR Baihaqi)
  • Ketika ruku, Rasulullah SAW tidak menundukkan kepala dan tidak pula mengangkatnya ke atas, melainkan antara keduanya (HR Muslim)
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam kitab musnadnya dari Abi Mas’ud ra bahwa Nabi Muhammad SAW  bersabda:
"Tidak sah sholat seseorang di antara kalian sehingga dia menegakkan punggungnya dengan baik [meletakkan tulang punggungnya dengan sempurna] pada saat ruku’ dan sujud”.[3]
Dan Rasulullah SAW telah menjadikan orang yang mencuri di dalam shalatnya sebagai pencuri yang paling keji dibanding pencuri harta. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam kitab musnadnya dari hadits Abi Qotadah RA bahwa Nabi bersabda:
"Orang yang paling buruk adalah orang yang mencuri dari shalatnya”.
Para shahabat bertanya: Wahai Rasulullah bagaimanakan seseorang mencuri dari shalatnya?.
Beliau bersabda:  
"Dia tidak menyempurnakan ruku’ dan sujudnya. Dia tidak meletakkan tulang punggungnya [dengan sempurna] pada saat dia ruku’ atau sujud”.[4]

Adapun pada waktu ruku’ sebagaian orang merendahkan punggungnya melebihi yang semestinya atau mengangkatnya, dan ini adalah kesalahan, sebab apabila Nabi melakukan ruku’ maka beliau membentang punggungnya dan meratakannya sehingga kalau air diletakkan padanya niscaya dia akan tetap terdiam.[5]


Diriwayatkan oleh Al-Nas’I dari hadits Abi Humaid dia berkata:


"Apabila Rasulullah SAW ruku’ maka beliau ruku’ dengan lurus sempurna, beliau tidak mengangkat kepala dan tidak pula menundukkannya dan beliau meletakkan kedua tangannya di atas kedua lututnya”.[6]
7. TIDAK MELETAKKAN SUJUDNYA PADA TUJUH TITIK;

Adapun pada waktu bersujud, sebagaian orang yang bersujud tidak melatakkan keningnya dengan benar pada alasnya, sebgaian orang mengangkat kedua telapak kakinya dari dudukannya (lantai). Dan diriwaytkan oleh Imam Bukhari dari hadits riwayat Ibnu Abbas bin Abdul Muththalib bahwa Nabi bersabda:

"Aku diperintahkan untuk bersujud pada tujuh tulang, yaitu pada kening dan beliau memberi isyarat pada hidung beliau, dan kedua tangan, kedua lutut serta ujung kedua kaki”.[7]
Hadits ini menerangkan tentang anggota sujud yang tujuh, dan seharusnya bagi orang yang mengerjakan shalat untuk bersujud pada anggota tubuh tersebut.
"Jika seorang hamba bersujud, haruslah meletakkan tujuh anggota badannya, yaitu: wajah, kedua telapak tangan, kedua lutut dan kedua ujung telapak kaki(HR Muslim, Abu Dawud)Ketika bersujud, Rasulullah SAW meletakkan wajah dan hidungnya dengan mantap (HR Tirmidzi, Abu Daud)
Beliau Rasulullah SAW sujud meletakkan kedua tangannya sejajar dengan kedua daun telinganya persis seperti saat beliau melakukan takbiratul ikhram. (HR Abu Dawud, Nasai)

Ketika Rasulullah SAW sujud, beliau meletakkan kedua tangannya ke tanah terlebih dahulu sebelum meletakkan kedua lututnya (HR Ibnu Khuzaimah, Daruquthni, Hakim)


“Jika salah seorang kalian hendak sujud, janganlah berlutut sebagaimana berlututnya unta, tapi hendaknya meletakkan kedua tangannya sebelum lututnya” (HR Abu Dawud, Ahmad, An-Nasai)

  • Ketika kalian bersujud maka letakkanlah kedua telapak tanganmu dan angkatlah kedua lenganmu(HR Muslim)
  • Dan beliau membuka kedua lengannya ke arah kiri dan kanan (HR Tirmidzi, Abu Dawud)
  • Rasulullah SAW menghadapkan jari-jari tangannya ke arah kiblat (HR Baihaqi)
  • Beliau merapatkan jari-jemarinya (HR Ibnu Khuzaimah, Baihaqi, Hakim)  
  • Beliau merenggangkan antara perut dan paha (HR Abu Dawud)
Aisyah ra berkata: “Ketika aku mencari Rasul SAW ternyata kudapati ia sedang sujud dengan merapatkan tumitnyadan jari-jari kakinya menghadap kiblat(HR Hakim, Ibnu Khuzaimah)

Rasulullah SAW memerintahkan agar kita meletakkan kedua tangan sewaktu sujud dan menegakkan telapak kaki kita (HR Tirmidzi)


Beliau SAW meletakkan kedua tangannya sejajar kedua daun telinganyapersis seperti saat beliau melakukan takbiratul ikhram (HR Nasai, Abu Dawud)


Beliau SAW meletakkan kedua telapak tangannya hingga sejajar kedua pundaknya(HR Tirmidzi, Abu Dawud)


Ringkasan Sujud :

  • Tangan menyentuh lantai terlebih dahulu (HR Ibnu Khuzaimah, Daruquthni, Hakim, Abu Dawud, Ahmad, An-Nasai)
  • Angkat lengan (HR Muslim)Buka lengan (HR Tirmidzi, Abu Dawud)
  • Jari-jari ke arah kiblat (HR Baihaqi)
  • Jari-jari rapat (HR Khuzaimah, Baihaqi, Hakim)
  • Tumit rapat,Jari-jari kaki ke arah kiblat (HR Hakim, Ibnu Khuzaimah)
  • Tapak kaki tegak (HR Tirmidzi)
  • Hidung nempel (HR Tirmidzi, Abu Daud)
  • Tangan sejajar telinga (HR Nasai, Abu Dawud) atau Tangan sejajar pundak (HR Tirmidzi, Abu Dawud)
8. TIDAK DUDUK DENGAN SEMPURNA DIANTARA DUA SUJUD & SEBELUM BANGKIT BERDIRI

Sebelum bangkit ke rakaat berikutnya, Rasulullah SAW duduk istirahat sebentar (seperti duduk antara 2 sujud), kemudian bangkit menuju rakaat berikutnya


“Beliau SAW duduk dengan sempurna (duduk istirahat) di atas kaki kirinya dengan lurus, hingga setiap tulang kembali ke tempatnya” (HR Bukhari, Abu Dawud)



  • Setelah bangkit dari sujud, dudukilah telapak kaki kirimu(HR Ahmad, Abu Dawud)
  • Beliau SAW menegakkan kakinya yang sebelah kanan(HR Bukhari, Baihaqi)
  • Dan menghadapkan jari jemarinya ke arah kiblat(HR Nasai)
  • Terkadang beliau SAW melakukan iq’a (duduk di atas dua tumit tegak)(HR Muslim, Baihaqi)
9. TIDAK SEMPURNA DALAM MELAKUKAN TSYAHUD AWAL & TASYAHUD AKHIR;

Ketika kamu duduk di pertengahan shalatmu, duduklah dengan tumakninah. Duduklah dengan iftirasy, yaitu menduduki telapak kaki kirimu... (HR Abu Dawud, Baihaqi)


Ketika duduk tasyahud, Rasulullah SAW meletakkan telapak tangan kanannya pada paha kanan dan tangan kiri pada paha kirinya (HR Muslim); dalam riwayat lain : di atas lutut.


Ketika beliau menudingkan jari telunjuknya, beliau meletakkan ibu jari di atas jari tengahnya(HR Muslim)


Terkadang beliau mengaitkan kedua jari tersebut seperti lingkaran (HR Abu Dawud, Nasai, Ibn Khuzaimah, Ibn Hibban)


Beliau SAW membentangkan telapak tangan kirinya di atas lutut yang kiri, dan beliau SAW menggenggam semua jemari tangan kanannya dan menudingkan jari telunjuknya ke arah kiblat. Dan beliau melemparkan pandangannya ke arah jari telunjuknya.(HR Muslim, Ibnu Khuzaimah)


Beliau menggerak-gerakkan jari telunjuknyasambil berdoa dengannya (HR Abu Dawud, Nasai, Ibn Khuzaimah, Ibn Hibban)


Penjelasan tentang menggerak-gerakkan jari telunjuk:

  • Hanafi : 2x, saat berucap “La”, turun saat “Illallah”
  • Syafi’i : 2X, saat berucap “Illallah”, & ketika selesai
  • Hambali : Setiap menyebut asma Allah
  • Maliki : Terus menerus, gerak kanan-kiri
Dari: Pedoman Shalat, Prof. DR. TM Hasbi As-Shidieqy

DudukTasyahudAkhir

  • Punggung tapak kaki kiri menempel ke lantai, ujung kaki kiri dan kaki kanan berada di satu sisi. (HR Bukhari)
  • Menegakkan tapak kaki kanan, terkadang mendatarkannya. (HR Muslim)
S a l a m
  • Berpaling ke kanan sampai terlihat pipi, dan berpaling ke kiri...(HR Muslim)
  • Berpaling sedikit ke kanan, mengucapkan“Assalamualaikum”(HR Baihaqi, Ibnu Khuzaimah)
10. TIDAK TUMA'NINAH;

Diantara kesalahan yang sering terjadi pada orang yang mengerjakan shalat adalah tidak thuma’ninah di dalam shalat. Dia adalah salah satu rukun shalat, di mana shalat tidak sah tanpa mengerjkannya.


Diriwayatkan oleh Al-Bukhari di dalam kitab shahihnya dari Zaid bin Wahb bahwa dia berkata:


"Hudzaifah pernah melihat seorang lelaki yang shalat tanpa menyempurnakan ruku’ dan sujud, maka dia menegur: Engkau belum shalat dan jika engkau mati dalam keadaan seperti ini maka engkau mati tidak dalam fitrah yang telah ditetapkan oleh Allah terhadap Nabi Muhammad SAW”.[8]


Hadits ini menjelaskan tentang wajibnya thuma’ninah dalam ruku’ dan sujud dan melalaikannya bisa mengakibatkan batalnya shalat, sebab Hudzaifah berkata: Engkau belum shalat. Hal ini sama dengan apa yang dikatakan oleh Rasulullah SAW kepada orang yang buruk dalam shalatnya, sebagaimana dijelaskan di dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari hadits Abu Hurairah RA bahwa Nabi memasuki mesjid dan seorang lelaki masuk setelah beliau, lalu mengerjakan shalat. Selesai shalat kemudian lelaki tersebut mengucapkan salam kepada Rasulullah SAW dan beliau menegurnya:

"Kembalilah dan shalatlah sebab engkau belum shalat”. Akhirnya, dia kembali dan shalat seperti sebelumnya kemudian dia mendatangi Nabi dan mengucapkan salam kepada beliau dan Nabi Muhammad SAW tetap mengatakan: Kembalilah dan shalatlah sebab sesungguhnya engkau belum shalat”. Beliau menegurnya sampai tiga kali. Lalu lelaki itu bertanya: Demi Zat yang telah mengutusmu dengan kebenaran aku tidak bisa  melakukan yang lebih baik dari selain itu. Maka ajarkanlah aku!. Maka Nabi bersabda: Apabila engkau mendirikan shalat maka bertakbirlah, kemudian bacalah dari bacaan Al-Qur’an yang mudah bagimu, kemudian ruku’lah sehingga engkau benar-benar thuma’ninah dalam ruku’, kemudian tegaklah sehingga engkau benar-benar berdiri tegak, kemudian bersujudlah sehingga engkau benar-benar tenang dalam bersujud, kemudian bangkitlah dari sujud sehingga dirimu tenang duduk antara dua sujud, dan kerjakanlah hal itu dalam seluruh rangkaian shalatmu”.[9]
11. MENDAHULUI IMAM;

Dan di anatara kesalahan yang sering terjadi adalah mendahului imam. Dan terdapat larangan yang sangat jelas dari Nabi Muhammad SAW tentang masalah ini. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Anas bin Malik  RA berkata: Rasulullah SAW shalat bersama kita pada suatu hari lalu pada saat beliau telah selesai shalat beliau menghadapkan wajahnya kepada kami dan bersabda:

"Wahai sekalian manusia!. Sesungguhnya aku adalah imam kalian maka janganlah sekli-kali mendahuluiku dalam ruku’, sujud, berdiri dan bubar shalat sesungguhnya aku melihat kalian dari sisi belakangku”. Kemudian beliau bersabda: Demi Zat yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya!, seandainya kalian melihat apa yang aku lihat niscaya kalian sedikit ketawa dan banyak menangis”. Para shahabat bertanya: Apakah yang engkau lihat wahai Rasulullah?. Beliau berabda: Surga dan neraka”.[10]

Diriwayatkan oleh Imam Bukahri dan Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi bersabda:


"Tidakkah orang yang mengangkat kepalanya sebelum imam takut jika Allah mengganti kepalanya dengan kepala himar?.[11]


Diriwayatkan oleh Bukahri dari Al-Barra’ bin Azib RA berkata:  Apabila Rasulullah SAW bersabda:


Samiallahu liman hamidah” maka salah seorang di antara kita tidak menundukkan kepalanya sehingga Rasulullah SAW telah bersujud lalu barulah kami bersujud”.[12]
Di antara kesalahan yang sering terjadi adalah bahwa sebagaian orang apabila imam telah salam pada salam yang pertama, dan dia sedang mengqadha’ shalatnya (karena masbuq) maka dia tidak menunggu sehingga imam selesai pada salam yang kedua, dia bangkit secara langsung untuk menyempurnakan sisa rekaat, dan ini adalah perbuatan yang salah. Yang lebih utama agar seseorang menunggu sehingga imam selesai mengerjakan salam yang kedua.[13]

12. MENGGUNAKAN PAKAIAN YANG MENJULUR MELEBIHI MATA KAKI;


Di antara kesalahan yang sering terjadi adalah shalat dengan menggunakan pakaian yang menjulur melebihi mata kaki. Dan menjulurkan pakian melebihi mata kaki dilarang secara umum. Berdasarkan sabada Nabi yang diriwayatkan oleh Muslim didalam kitab shahihnya dari hadits riwayat Abu Dzar RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersbda:

"Tiga orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat kelak dan tidak pula dilihat serta tidak disucikan, dan bagi mereka azab yang pedih". Rasulullah SAW menyebutkannya tiga kali.

Abu Dzar berkata: "Mereka akan kecewa dan merugi, siapakah mereka wahai Rasulullah?"


Rasulullah SAW bersabda: "Orang yang isbal, orang yang menyebut-nyebut pemberiannya, dan orang yang menjual barang dagangannya dengan sumpah yang dusta”.[14]


Diriwayatkan oleh Imam Bukahri di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah bahwa Nabi bersabda: "Apa yang menjulur di bawah mata kaki dari kain adalah api neraka”.[15]
Sebagian ahlul ilmi mempertegas masalah ini, yaitu apabila seseorang  isbal pada waktu shalat, sebab di antara syarat sah shalat adalah menutup aurat dan orang yang isbal telah menutup auratnya dengan pakaian yang haram maka dengan demikian shalatnya dalam kondisi bahaya.

PENGAKUAN IBLIS KEPADA RASULULLAH DALAM MENGGANGGU ORANG SHALAT;

Diriwayatkan oleh Muadz bin Jabal r.a. dari Ibn Abbas r.a. [dalam Kisah Dialog Rasulullah SAW Dengan Iblis];

Wahai Muhammad, sesungguhnya diantara umatmu ada yang meng-akhirkan shalat barang satu dua jam. Setiap kali mau shalat, aku temani dia dan aku goda dia. Kemudian aku katakan kepadanya:” Masih ada waktu, sementara engkau sibuk”. Sehingga dia mengakhirkan shalatnya dan mengerjakannya tidak pada waktunya, maka Tuhan memukul wajahnya.

Jika ia menang atasku, maka aku kirim satu syaithan yang membuatnya lupa waktu shalat.


Jika ia menang atasku, aku tinggalkan dia sampai ketika mengerjakan shalat aku katakan kepadanya,’ Lihatlah kiri-kanan’, lalu ia menengok. Saat itu aku usap wajahnya dengan tanganku dan aku cium antara kedua matanya dan aku katakan kepadanya,’ Aku telah menyuruh apa yang tidak baik selamanya’.


Dan engkau sendiri tahu wahai Muhammad, siapa yang sering menoleh dalam shalatnya, Allah akan memukul wajahnya.


Jika ia menang atasku dalam hal shalat, ketika shalat sendirian, aku perintahkan dia untuk tergesa-gesa. Maka ia ‘mencucuk’ shalat seperti ayam mematuk biji-bijian dengan tergesa-gesa. Jika ia menang atasku, maka ketika shalat berjamaah aku cambuk dia dengan ‘lijam’ [cambuk] lalu aku angkat kepalanya sebelum imam mengangkat kepalanya. Aku letakkan ia hingga mendahului imam. Kamu tahu bahwa siapa yang melakukan itu, batal-lah shalatnya dan Allah akan mengganti kepalanya dengan kepala keledai pada hari kiyamat nanti.


Jika ia masih menang atasku, aku perintahkan dia untuk mengacungkan jari-jarinya ketika shalat sehingga dia mensucikan aku ketika ia sholat. Jika ia masih menang, aku tiup hidungnya sampai dia menguap. Jika ia tidak menaruh tangan di mulutnya, syaithan masuk ke dalam perutnya dan dengan begitu ia bertambah rakus di dunia dan cinta dunia. Dia menjadi pendengar kami yang setia.


Wahai Muhammad, bagaimana umatmu bahagia sementara aku menyuruh orang miskin untuk meninggalkan shalat...

Aku katakan kepadanya,’ Shalat tidak wajib atasmu. Shalat hanya diwajibkan atas orang-orang yang mendapatkan ni’mat dari Allah’. Aku katakan kepada orang yang sakit :” Tinggalkanlah shalat, sebab ia tidak wajib atasmu. Shalat hanya wajib atas orang yang sehat, karena Allah berkata :” Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang, tidak (pula) bagi orang sakit. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat(Nya) bagimu, agar kamu memahaminya. (QS. 24:61) Tidak ada dosa bagi orang yang sakit. Jika kamu sembuh, kamu harus shalat yg diwajibkan”. Sampai dia mati dalam keadaan kafir. Jika dia mati dan meninggalkan shalat ketika sakit, dia bertemu Tuhan dan Tuhan marah kepadanya.

Wahai Muhammad, jika aku bohong dan ngawur, maka mintalah kepada Tuhan untuk membuatku jadi debu...!!!
HADIST QUDSY TENTANG SHALAT;

Allah ‘Azza wajalla berfirman:

“Tidak semua orang yang shalat itu bershalat. Aku hanya menerima shalatnya orang yang merendahkan diri kepada keagunganKu, yang menahan hawa nafsunya dari perbuatan haram yang Aku larang dan tidak terus-menerus bermaksiat terhadapKu, yang memberi makan kepada mereka yang lapar dan memberi pakaian kepada orang yang telanjang, mengasihi orang yang terkena musibah dan menampung orang asing. Semua itu dilakukan semata-mata karena Aku.”
“Demi keagungan dan kebesaranKu, sesungguhnya bagiKu cahaya wajahnya lebih bersinar dari matahari, dan Aku menjadikan kejahilan sebagai (ujian) dalam kesabaran dan kebijaksanaan, dan mengubah kegelapan menjadi terang, dia berdoa kepada-Ku dan Aku mengabulkannya, dia mohon kepa-Ku dan Aku memberikannya, dan dia mengikat janji dengan-Ku dan Aku tepati (perkokoh) janjinya"

"Aku lindungi dia dengan pendekatan kepadanya dan Aku menyuruh para Malaikat menjaganya. BagiKu dia sebagai surga Firdaus yang belum tersentuh dan tidak berobah keadaannya.”

(HR. Ad-Dailami)
Segala puji hanya bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam dan shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Nabi kita, Muhammad SAW juga kepada keluarga dan seluruh orang yang mengikuti beliau.

Sekian dulu posting tentang Tata cara sholat menurut Rasulullah Nabi Muhammad SAW.

Semoga bermanfaat !!!

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

1 Response to "Tata cara sholat menurut Rasulullah SAW"